Desain dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat

Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Sumodiningrat (1996) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perubahan dari ketergantungan menuju pada kemandirian. berbagai pandangan yang berkembang dalam teori pembangunan, baik dibidang ekonomi maupun administrasi, menempatkan masyarakat sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama pembangunan, atau dengan kata lain masyarakat tidak hanya merupakan obyek, tetapi sebagai subyek pembangunan. pandangan ini muncul sebagai tanggapan atas terjadinya kesenjangan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.

Kesadaran bahwa masyarakat adalah komponen yang aktif dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri memunculkan pergeseran dalam pola intervensi bagi pengembangan masyarakat. Kegiatan pengembangan masyarakat bukan lagi berbentuk pengabdian tapi pemberdayaan.

Fasilitator pemberdayaan masyarakat dituntut untuk lebih mampu mengenali masyarakat, mengidentifikasi berbagai permasalahan dan potensi sebagai langkah awal mengembangkan strategi pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian fasilitator dapat membuat perencanaan yang tepat, melakukan pendekatan kepada masyarakat secara efektif, dan kemudian mampu memunculkan pergerakan menuju perubahan yang melibatkan masyarakat secara aktif, atau bahkan merupakan hasil inisiasi masyarakat itu sendiri.

Arti Penting penguasaan konsep dan teknik pemberdayaan masyarakat oleh mahasiswa

Terdapat 3 model pengembangan masyarakat: -Pengembangan untuk masyarakat, dengan pelaku utama orang dari luar masyarakat tersebut. Bentuk intervensinya berupa sosialisasi/konsultasi. Bentuk kegiatannya berupa proyek -Pengembangan bersama masyarakat, dengan pelaku utama orang luar bersama dengan masyarakat. Bentuk interveniny berupa kolaborasi, dimana masyarakat memiliki wewenang untuk menentukan. Bentuk kegiatannya berupa proyek dan program -Pengembangan masyarakat, dengan masyarakat lokal sebagai pelaku utama. Ini merupakan level tertinggi dalam pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat sendiri yang mendorong pemberdayaan. Bentuk kegiatannya bisa berupa pengembangan system dan kelembagaan Mahasiswa bisa terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, baik sebagai anggota masyarakat sendiri maupun sebagai fasilitator yang bergerak bersama masyarakat.

Dalam waktu dekat mahasiswa akan diterjunkan dalam masyarakat dalam program kuliah kerja nyata (KKN). Dalam jangka panjang mahasiswa akan mengabdikan diri di tengah masyarakat, baik masyarakat dimana dirinya tergabung sebagai anggota masyarakat maupun masyarakat yang didampingi. Hal tersebut terutama apabila mahasiswa sebagai alumni fakultas Pertanian, bekerja sebagai fasilitator yang mengupayakan perubahan positif di tengah masyarakat. Saat itu yang bersangkutan akan bertindak sebagai fasilitator bergerak bersama dengan masyarakat.

Peran-peran yang menggerakkan masyarakat tersebut membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik pemberdayaan masyarakat. Penguasaan mengenai desain teknik pemberdayaan akan membantu sehingga intervensi yang dilakukan bisa efektif dan tepat sasaran.

Peran PRA dalam pemberdayaan masyarakat

Participatory Rural Appraisal (PRA) dikenalkan oleh Robert Chamber. pendekatan ini lahir sebagai modifikasi pendekatan sebelumnya, yaitu Rapid Rural Appraisal(RRA). Perbedaan dari kedua pendekatan ini adalah ; RRA berupa upaya mencari tahu secara mendalam tentang kondisi suatu wilayah melalui serangkaian langkah penggalian data yang dilakukan oleh tim assessor. Data tersebut kemudian diolah oleh tim assessor. Sedangkan PRA merupakan upaya mencari tahu secara mendalam tentang kondisi suatu wilayah melalu serangkaian langkah penggalian data, dengan melibatkan masyarakat. Dalam PRA, assessor bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi warga untuk merefleksikan kondisi mereka sehingga dapat melihat serta memetakan potensi dan masalah yang mereka hadapi.

PRA dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui kondisi suatu masyarakat (Need assessment) sehingga menghasilkan pemetaan potensi dan permasalahan suatu wilayah. PRA juga bisa digunakan sebagai langkah awal dalam menyusun suatu program, sehingga program yang dihasilkan sesuai dengan kebtuhan masyarakat.

PRA banyak dipilih karena pendekatan ini lebih memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengambil peran, sehingga lebih berdaya, lebih mandiri, dan mampu mengembangkan dirinya sendiri.

Hubungan praktikum DTPM dengan materi kuliah

Dalam sesi kuliah Desain teknik pemberdayaan masyarakat mahasiswa dibekali dengan konsep-konsep pemberdayaan masyarakat. Dalam sesi praktikum mahasiswa dibekali dengan dengan keterampilan dan penguasaan teknik2 yang digunakan dalam pemberdayaan masy, khususnya dengan menggunakan metode PRA. Dengan demikian diharapkan alumni agribisnis UMY diharapkan lebih siap diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat.